Dalam kitab Lawaqihul Anwar Qudsiyyah karangan Syaikh Abdul Wahhab as-Sya’roni, disana dikupas tentang menghidupkan malam Hari raya.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (مَنْ قَامَ لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ مُحْتَسِبًا لِلَّهِ لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ) 
Singkatnya, (barangsiapa yg menghidupkan -redaksi lain dgn kata أحيا- 2 malam hari raya (fithr dan adha), semata2 mencari ridho Alloh, maka hatinya tidak akan mati, dimana umumnya hati2 manusia banyak yg mati.

Ada sekelompok muhaditsin kontemporer mendhoifkan hadits ini, termasuk pula Imam an-Nawawi.

Dalam masyarakat Indonesia kekinian, dimana semangat memperdalam Islam sedang timbul di masyarakat yang sebagian besar hanya dapat belajar via youtube dan tidak memiliki basic pendidikan agama (berasal dari sekolah dan pendidikan umum) ada 2 cara pandang, yg 1 benar dan yg 1 salah.

1. Yg salah, begini “wah haditsnyq doif, ngapain kita ngerjain yg haditsnya doif”. Ini org nyasar, mungkin ngajinya gak bersanad dan taqlid buta terhadap apa yang dikatakan ustadnya di youtube. Jelas jadinya seperti ini.

2. Yg bener, “walaupun ni hadits doif, siapa tau kebenarannya. Soalnya kata ulama, selemah2nya hadits doif itu jauh lebih baik dari perkataan ulama manapun, saya akan amalkan semoga hadits ini betul adanya”.

Coba baca dimuqoddimah Al-Adzkar Nawawi ya kalo kurang jelas, tentang pengamalan Hadits Dhoif, jika belum bisa, mari belajar bersama Bahasa Arab di Markazul Lughah🙂

Selamat menghidupkan malam, yg masih online, yuk minimal 2 rokaat, maksimal tak terhingga ‘ala madzhabil Imam as-Syafii