Ucapan selamat hari raya banyak difatwakan oleh para ulama bahwa hukumnya adalah boleh. Dan redaksi antar negara Muslim berbeda-beda. Kesemuanya bertujuan saling hormat dan doa.

َنَقَلَ فِي الْمَوْسُوْعَةِ عَنِ ابْنِ أَمِيْرِ حَاجٍ قَوْلُهُ: الْأَشْبَهُ أَنَّهَا -يَعْنِي التَّهْنِئَةَ بِاْلعِيْدِ- جَائِزَةٌ مُسْتَحَبَّةٌ فِي الْجُمْلَةِ ثُمَّ سَاقَ آثَاراً عَنِ الصَّحَابَةِ… إِلَى أَنْ قَالَ: وَالْمُتَعَامَلُ فِي الْبِلَادِ الشَّامِيَةِ وَالْمِصْرِيَّةِ عِيْدٌ مُبَارَكٌ عَلَيْكَ وَنَحْوُهُ، وَقَالَ: يُمْكِنُ أَنْ يُلْحَقَ بِذَلِكَ فِي الْمَشْرُوْعِيَّةِ وَالْاِسْتِحْبَابُ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنَ التَّلاَزُمِ.

Disebutkan dalam kitab al-Mausuah yang mengutip dari Ibnu Amir Haj, bahwa: “Pendapat yang kuat bahwa ucapan selamat hari raya adalah boleh dan dianjurkan secara umum. Kemudian Ibnu Amir Haj menampilkan beberapa riwayat sahabat…. Dan yang berlaku di Syam dan Mesir adalah ‘Hari Raya yang berkah bagi anda’, dan sebagainya. Ia berkata: “Dimungkinkan untuk disamakan dengan kalimat diatas di dalam anjuran dan disyariatkan mengucapkan hari raya, karena keduanya saling berkaitan”

وَعَلَى هَذَا، فَلَا مَانِعَ مِنَ التَّهْنِئَةِ عِنْدَ سَبَبِهَا بِمَا يَدُلُّ عَلَى الْمُرَادِ بِأَيِّ لَفْظٍ مِنَ الْأَلْفَاظِ الْوَارِدَةِ فِي السُّؤَالِ وَغَيْرِهَا مِنَ الْأَلْفَاظِ الْمُشَابِهَةِ، سَوَاءٌ قِيْلَ كُلَّ سَنَةٍ وَأَنْتَ بِخَيْرٍ، أَوْ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتَ طَيِّبٌ، لَا فَرْقَ بَيْنَ هَذَيْنِ اللَّفْظَيْنِ (فتاوى الشبكة الإسلامية معدلة – ج 5 / ص 2912)

Dengan demikian, tidak ada larangan mengucapkan hari raya dengan ucapan yang mengarah kepada tujuan dengan berbagai redaksi yang terdapat dalam pertanyaan atau yang lain, yang terdiri dari kalimat-kalimat serupa. Baik berupa ‘Setiap tahun semoga anda dalam kebaikan’ dan sebagainya” (Fatawa Asy-Syabkah Al-Islamiyah 5/2192)

Di Indonesia, redaksi yang sudah lazim dan mentradisi adalah Minal Aidin wal Faizin. Ucapan seperti ini diperbolehkan oleh Mufti Wahabi Syekh Bin Baz:

ﺑﺸﺄﻥ ﻣﺎ ﺗﻌﺎﺭﻑ اﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺫﺑﺤﻪ ﻣﻦ اﻟﻤﻮاﺷﻲ ﻓﻲ ﻋﻴﺪ اﻟﻔﻄﺮ؛ ﺇﻇﻬﺎﺭا ﻟﻠﻔﺮﺡ، ﻭﺗﻜﺮﻳﻤﺎ ﻟﻀﻴﻮﻓﻬﻢ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﺮﺩﻭﻥ ﻋﻠﻴﻬﻢ، ﻭﻛﺬا ﺗﺰاﻭﺭﻫﻢ ﻓﻲ اﻟﻌﻴﺪ؛ ﺻﻠﺔ ﻷﺭﺣﺎﻣﻬﻢ، ﻭﺇﺩﺧﺎﻻ ﻟﻠﺴﺮﻭﺭ ﻋﻠﻰ ﺟﻴﺮاﻧﻬﻢ ﻭﺇﺧﻮاﻧﻬﻢ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ، ﻭﺗﻬﻨﺌﺘﻬﻢ ﺑﻌﻀﻬﻢ اﻟﺒﻌﺾ ﺑﻬﺬﻩ اﻟﻤﻨﺎﺳﺒﺔ ﺑﻘﻮﻟﻬﻢ: (ﺗﻘﺒﻞ اﻟﻠﻪ ﻣﻨﺎ ﻭﻣﻨﻜﻢ) ﻭ (ﻣﻦ اﻟﻌﺎﻳﺪﻳﻦ ﻭاﻟﻔﺎﺋﺰﻳﻦ) ﻭ (ﻋﻴﺪﻛﻢ ﻣﺒﺎﺭﻙ) ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺭاﺕ اﻟﺘﻬﻨﺌﺔ؛ ﻷﻧﻪ ﻇﻬﺮ ﻣﻦ ﻳﻘﻮﻝ: ﺇﻥ ﻫﺬا ﻛﻠﻪ ﻣﻦ اﻟﺒﺪﻉ، ﺑﻞ ﺇﻧﻪ ﻳﻤﺘﻨﻊ ﻋﻦ ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺃﻗﺎﺭﺑﻪ ﻭﻣﻌﺎﺭﻓﻪ ﻭاﺳﺘﻘﺒﺎﻟﻬﻢ ﻓﻲ اﻟﻌﻴﺪ؛ ﻷﻧﻪ ﻳﺮﻯ ﺃﻥ ﻛﻞ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ اﻟﺒﺪﻉ

(Pertanyaan) Kebiasaan umat Islam menyembelih hewan pada idul Fitri sebagai bentuk menampakkan suka cita dan memuliakan tamu yang datang. Juga silaturahmi diantara mereka, membahagiakan tetangga dan saudara sesama Muslim, saling mengucapkan selamat hari raya seperti “Semoga Allah menerima amal kita dan anda”, “Berkah hari raya Anda”, Minal Aidin wal Faizin dan sebagainya. Ada yang mengatakan bahwa semua itu adalah bidah…

ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺬﺑﺢ ﺑﻌﺾ اﻟﺬﺑﺎﺋﺢ ﻓﻲ ﻋﻴﺪ اﻟﻔﻄﺮ ﺇﻛﺮاﻣﺎ ﻟﻠﻀﻴﻮﻑ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﺰﻭﺭﻭﻥ ﻣﻦ ﻳﺬﺑﺢ ﺗﻠﻚ اﻟﺬﺑﺎﺋﺢ، ﻟﻜﻦ ﺑﻘﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻔﻲ ﻟﻠﺰاﺋﺮ ﻣﻊ ﻋﺪﻡ اﻹﺳﺮاﻑ ﻭاﻟﻔﺨﺮ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ، ﻭﺃﻣﺎ ﺗﻬﻨﺌﺔ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺑﺒﻌﺾ ﺑﺎﻟﻌﻴﺪ ﺑﻤﺜﻞ اﻟﻌﺒﺎﺭاﺕ اﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻲ اﻟﺴﺆاﻝ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﻬﺎ؛ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺩﻋﺎء اﻷﺥ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻷﺧﻴﻪ ﺑﻘﺒﻮﻝ اﻟﻌﻤﻞ ﻭﻃﻮﻝ اﻟﻌﻤﺮ ﻭاﻟﺴﻌﺎﺩﺓ ﻭﻻ ﻣﺤﺬﻭﺭ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ.

(Jawaban Syekh Bin Baz) Boleh menyembelih hewan di hari raya Idul Fitri untuk memuliakan tamu yang datang berkunjung kepada mereka namun sekedar makanan yang mencukupi bagi tamu tanpa berlebihan dan sombong sedangkan ucapan selamat di antara sesama umat Islam di hari raya dengan redaksi diatas yang terdapat dalam pertanyaan adalah boleh karena didalamnya termasuk mendoakan terhadap sesama muslim agar amalnya diterima panjang umur hidup bahagia dan sebagainya dan hal itu tidaklah dilarang (Fatawa Lajnah Daimah 7/155-156)

Ma’ruf Khozin,
Aswaja Center PWNU Jatim