Telah kita ketahui bersama dalam kitab2 sirah nabawiyah bagaimana para sahabat berebut untuk mendapatkan tetesan wudhu Baginda Nabi SAW. Beliau SAW tak sekalipun melarang perbuatan itu. Berkah itu sesungguhnya ada, dan bisa diraih lewat perantara orang2 yg sangat dekat dgn Allah SWT.

Secara HARFIAH, berkah bermakna bertambah atau berkembang. Sedangkan dalam terminologi bahasa berkah berarti bertambahnya kebaikan. Jadi ngalap berkah atau tabarruk adalah mengharap tambahan kebaikan dari Allah SWT dgn perantara ruang, waktu, makhluk hidup dan bahkan benda mati.

TABARRUK RASULULLAH dgn tempat mulia

Bertabarruk (mencari berkah) bisa dilakukan dengan perantara tempat2 yg mulia, sebagai dalam firman Allah SWT berikut :

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ [٣:٩٦]

“Sesungguhnya rumah yg mula2 dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yg diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia” (Q.S. ali Imron : 96)

Dalam hadits panjang tentang perjalanan Isra’ Jibril mengajak Rasulullah SAW singgah di beberapa tempat untuk bertabarruk dgn mengerjakan shalat dua rakaat seperti di Bait Lahm tempat kelahiran Nabi Isa a.s., di bukit Thurisina, tempat Nabi Musa ber-mukalamah dengan Allah SWT, dan lain2. Sebagaimana dalam Hadits yg diriwayatkan oleh Anas bin Malik berikut :

“Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Didatangkan kepadaku kendaraan Buraq,’ lebih besar dari keledai, dan lebih kecil dari baghal (peranakan kuda dan keledai), langkahnya sejauh pandangannya. Lalu aku menaikinya dan berangkat bersama Jibril a.s. Tiba2 Jibril berkata kepadaku, “Turunlah dan shalat lah.” Aku pun mengerjakannya. Kemudian Jibril berkata “Tahukah engkau di mana engkau shalat, engkau tadi shalat di Tayyibah (Madinah) yg akan menjadi tujuanmu hijrah. Kemudian Jibril berkata: “Turunlah dan shalat lah!”, aku pun mengerjakannya, lalu dia berkata: “Tahukah engkau di mana shalat mu tadi, engkau shalat ada di Thurisina tempat Allah ber-mukalamah dengan Musa a.s.” Lalu berangkat lagi dan Jibril berkata: “Turunlah dan shalatlah!”, maka aku pun mengerjakannya, lalu dia bertanya: “Tahukah engkau di mana engkau shalat , engkau shalat ada di Bait Lahm, tempat kelahiran Nabi Isa a.s., kemudian aku masuk ke Baitil Maqdis, di sana telah berkumpul para nabi, lalu Jibril memintaku untuk menjadi imam
shalat mereka.” (H. R. An-Nasa’i)

BERTABARRUK DENGAN WAKTU

Allah memberi kelebihan dan keberkahan pada waktu2 tertentu, seperti dalam firman Allah SWT:

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (al-Qur’an) pada suatu malam yg diberkahi (malam lailatul qadr) dan sesungguhnya Kami-lah yg memberi peringatan.” (Q.S. ad-Dukhan:3)

Dlm sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Tuhan kalian di hari2 kalian memiliki anugerah2, maka carilah augerah itu, mungkin kiranya salah satu diantara kalian mendapatkannya, maka tidak akan celaka selamanya.” (H.R Thabrani)

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN BEKAS-BEKAS RASULULLAH SAW

Sahabat Anas r.a. menceritakan bagaimana para sahabat bertabarruk dgn rambut Rasulullah SAW:

“Aku melihat tukang cukur sedang mencukur Rasulullah SAW dan para sahabat mengitarinya. Tidaklah mereka kehendaki satu helai pun dari rambut beliau terjatuh kecuali telah berada di tangan seseorang.” (H.R Muslim, Ahmad dan Baihaqi)

Aun bin Abi juhaifah menceritakan dari ayahnya para sahabat yg bertabarruk dgn air sisa wudhu’ Rasulullah :

“Aku mendatangi Rasulullah sewaktu beliau ada di kubah hamra’ dari Adam, aku juga melihat Bilal membawa air bekas wudhu’ Rasulullah dan orang2 berebut mendapatkannya. Orang yg mendapatkannya air bekas wudhu’ itu mengusapkannya ke tubuhnya, sedangkan yg tidak mendapatkannya, mengambil dari tangan temannya yg basah” (H.R. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Dalam hadits lain juga dijelaskan bahwa para sahabat bertabarruk dgn keringat Rasulullah SAW. Berkata Anas bin Malik :

“Rasulullah SAW masuk rumah Umi Sulaim dan tidur di ranjangnya sewaktu Umi Sulaim tidak ada di rumah, lalu di hari yg lain Beliau datang lagi, lalu Umi Sulaim di beri kabar bahwa Rasulullah tidur di rumahnya di ranjangnya. Maka datanglah Umi Sulaim dan mendapati Nabi berkeringat hingga mengumpul di alas ranjang yang terbuat dari kulit, lalu Umi Sulaim membuka kotaknya dan mengelap keringat Nabi lalu memerasnya dan memasukkan keringat beliau ke dalam botol, Nabi pun terbangun: “Apa yg kau perbuat wahai Umi Sulaim”, tanyanya.” “Ya Rasulullah, kami mengharapkan berkahnya untuk anak2 kami,”
jawab Umi Sulaim. Rasulullah berkata: “Engkau benar” (H.R. Muslim dan Ahmad)

BERTABARRUK DENGAN RAMBUT RASULULLAH SAW

Dari Abdul hamid bin Jakfar berkata : bahwa Khalid bin Walid kehilangan kopyah ketika peperangan Yarmuk, lalu berkata : Carilah!, namun tidak ditemukan, dia meminta untuk mencarinya lagi, dan ternyata didapati berupa kopyah usang, lalu Khalid berkata : “ Sewaktu Rasulullah SAW umrah, beliau mencukur rambut kepalanya, maka orang2 berebut rambut beliau, dan aku bisa mendahului dan mendapat rambut ubun2 beliau. Lalu kutaruh rambut itu di kopyah ini. Tidaklah aku menghadiri peperangan dengan membawa kopyah ini kecuali pasti aku menang“

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN CANGKIR NABI

Hajjaj ibn Hassan berkata: “Kami berada di rumah Anas dan dia membawa cangkir Nabi SAW dari suatu kantong hitam. Dia (Anas) menyuruh agar cangkir itu diisi air dan kami minum air dari situ dan menuangkan sedikit ke atas kepala kami dan juga ke muka kami dan mengirimkan solawat kepada Nabi SAW.” [Hadits riwayat Ahmad, dan Ibn Katsir].

‘Asim berkata: “Aku melihat cangkir itu dan aku minum pula darinya.” [Hadits Riwayat Bukhari]

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN MIMBAR NABI

Ibnu ‘Umar r.a. sering memegang tempat duduk Nabi SAW di mimbar dan menempelkan wajahnya untuk barokah. [al-Mughni 3:559; al-Shifa’ 2:54, Ibn Sa’d, Tabaqat 1:13; Mawsu’at Fiqh ‘Abdullah ibn ‘Umar halaman. 52]

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN UANG YANG DIBERIKAN OLEH RASULULLAH

Jabir menjual seekor unta ke Nabi SAW dan beliau SAW memerintahkan Bilal untuk menambahkan seqirat (1/12 dirham) atas harga yang disepakati. Jabir berkata:

“Tambahan yg diberikan Nabi SAW tidak akan pernah meninggalkanku,” dan dia menyimpannya setelah peristiwa itu. [Hadits riwayat Bukhari].

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN TONGKAT RASULULLAH

Ketika ‘Abdullah bin Anis kembali dari suatu peperangan setelah membunuh Khalid ibn Sufyan ibn Nabih, Rasulullah SAW memberi hadiah kepadanya berupa sebuah tongkat dan bersabda kepadanya: “Itu akan menjadi tanda di antara kau dan aku di hari kebangkitan.” Setelah itu, ‘Abdullah ibn Anis tidak pernah berpisah dari tongkat itu dan tongkat itu dikubur dgnnya setelah wafatnya. [Hadits riwayat Ahmad 3:496, al-Waqidi 2:533].

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN BAJU RASULULLAH

Jabir berkata: “Nabi SAW datang setelah ‘Abdullah bin Ubay dikuburkan dalam makamnya. Beliau SAW memerintahkan agar mayatnya diangkat lagi. Beliau SAW menaruh kedua tangannya pada kedua lutut ‘Abdullah, bernafas atasnya dan mencampurnya dgn air liurnya serta mengenakan pakaian beliau padanya.” [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]

TABARRUK PARA SAHABAT DENGAN JUBAH RASULULLAH

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Sahihnya Bab al-Libaas pernah bahwa Asma’ binti Abu Bakr pernah menunjukkan pada Abdulah, bekas budaknya jubah Rasulullah yg terbuat dari kain Persia dgn kain leher dari kain brokat, dan lengannya juga dibordir dgn kain brokat seraya berkata “Ini adalah jubah Rasulullah SAW yang disimpan ‘Aisyah hingga wafatnya lalu aku menyimpannya. Nabi SAW dulu biasa memakainya, dan kami mencucinya untuk orang yg sakit hingga mereka dapat sembuh karenanya.”

Imam Nawawi mengomentari hadits ini dalam Syarah Sahih Muslim, karya beliau, juz 37 bab 2,

“Hadits ini adalah bukti dianjurkannya mencari barokah lewat bekas dari orang2 saleh dan pakaian mereka”

Dalam kitab yg sama Imam Nawawi menulis setidaknya 11 kali anjuran untuk mencari berkah dari bekas orang2 Saleh. Ini adalah dalil akurat bahwa tabarruk tidak terbatas pada masa hidup Rasulullah dan dianjurkannya bertabarruk dgn orang2 saleh. Hal ini juga dilalakukan Imam Syafii dgn bertabarruk pada gamis Imam Ahmad sebagaimana dalam kitab Tarikh Dimasyqi :

Berkata Rabi’: “Sesungguhnya Imam Syafi’i pergi ke Mesir bersamaku, lalu berkata kepadaku: “Wahai Rabi’, ambil surat ini dan serahkan kepada Imam Ahmad bin Hanbal, selanjutnya datanglah kepadaku dgn membawa jawabannya!”,

Ketika memasuki kota Baghdad kute mui Imam Ahmad sedang shalat subuh, maka aku pun
shalat di belakang beliau. Setelah beliau hendak beranjak dari mihrab, aku serahkan surat itu, “Ini surat dari saudaramu Imam Syafi’i di Mesir,” kataku.

“Kau telah membukanya?” tanya Imam Ahmad. “Tidak, wahai Imam” Beliau membuka dan membaca isi surat itu, sejenak kemudian kulihat beliau berlinang air mata. “Apa isi surat itu wahai Imam?” tanyaku. “Isinya menceritakan bahwa Imam Syafi’i bermimpi Rasulullah SAW, Beliau berkata: “Tulislah surat kepada Ahmad bin Hanbal dan sampaikan salamku kepadanya. Kabarkan padanya bahwa dia akan mendapatkan cobaan, yaitu dipaksa mengakui bahwa al-Qur’an adalah mahluk, maka janganlah diikuti, Allah akan meninggikan benderanya hingga hari kiamat,” tutur Imam Ahmad “Ini suatu kabar gembira,” kataku. Lalu beliau menuliskan surat balasan seraya memberikan padaku qamis yg melekat di kulitnya.

Aku pun mengambil surat itu dan menyerahkannya kepada Imam Syafi’i. “Apa yg diberikan Imam Ahmad padamu?” tanya Imam Syafi’i. “Gamis yg melekat dengan kulit beliau,” jawabku. “Kami tidak akan merisaukanmu, tapi basahi gamis ini dgn air, lalu berikan kepadaku air itu untuk bertabarruk dgnnya,” kata beliau.

BERTABARRUK DENGAN BENDA MATI

Bertabarruk terkadang bisa dilakukan dengan benda mati yg pernah dipakai atau disentuh orang saleh sebagaimana kisah Bani Israil, mereka selalu menang dalam peperangan berkat tabut di tangan mereka. Hal ini dijelaskan Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wan-Nihayah juz 2 hal 6 :

Berkata Imam Ibnu Jarir: “Bani Israil jika berperang dengan para musuhnya selalu membawa tabut yg ada di qubah zaman, mereka selalu mendapat pertolongan dan kemenangan dengan berkat Tabut itu dan dengan apa yg Allah jadikan di dalamnya berupa ketentraman dan warisan yang ditinggalkan oleh keluarga Musa a.s. dan keluarga Harun a.s.”

Berkata Imam al-Baghawi dalam tafsirnya saat menafsiri firman Allah berikut:
“Dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun.”

Peninggalan Musa dan Harun berupa dua papan Taurat, pecahan papan, tongkat dan sandal Nabin Musa, imamah dan tongkat Nabi Harun, serta satu keranjang dari Manna yg diturunkan kepada Bani israil.” . Selain itu, jika di Bani Israil ada permasalahan, maka tabut itu -dengan kehendak Allah- berbicara dan menjadi hakim diantara mereka. Jika berperang mereka letakkan tabut di depan mereka dan mereka pun mendapatkan kemenangan atas musuh mereka” (Lihat Tafsir al-Baghawi juz 1 hal. 667)

Dari paparan keterangan di atas kita bisa menyimpulkan bahwa bertabarruk sangat dianjurkan guna meraih kebaikan dunia dan akhirat. Berkah bukanlah pepesan kosong belaka, namun benar2 ada dan bisa kita rasakan. Jangan sekali2 mengingkari manfaat tabarruk. Ingatlah satu peristiwa yg terjadi di zaman kekhalifahan Sayidina Utsman bin Affan yang diriwayatkan Qadi ‘Iyad dalam kitab asy-Syifa’ .

Ketika itu seorang bernama Jihja al-Ghiffari mengambil tongkat Nabi SAW dari tangan Utsman bin Affan. Jihja kemudian berusaha mematahkan tongkat itu dgn lututnya. Upaya itu gagal. Malah kaki Jihjah belakangan mengalami infeksi pada bagian lutut dan harus diamputasi. Dan ia pun akhirnya mati sebelum akhir tahun itu.

Sungguh fatal akibat dari perbuatan Jihja itu. Bagaimana pula dgn perbuatan2 mereka yg telah membumihanguskan peninggalan2 Rasulullah SAW?

www.MusliModerat.net