السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ مَنْ بَعَثَهُ اللهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ هَادِيًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًاوَ بَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ . اللَّهُمَّ صَلِّ وسلم وبارك عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
أم بعد أوصيكم وإياي نفسي بتقو الله وطاعته لعلكم تتقون
أعوذ بالله ….. بسم الله
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ﴿١٠٢﴾
Ma`asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini di hari yang mulia ini, marilah kita panjatkan puji syukur atas semua nikmat dan karunianya kepada kita dengan senantiasa mengucapkan alhamdulillah setiap hembusan nafas kita, karena telah menjadikan kita sehat wal afiat dalam keadaan beriman dan beragama islam.
Oleh karena itu al-faqir berwasiat khususnya untuk diri al-faqir sendiri dan umumnya untuk kaum muslimin, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, karena tidak ada cara dan upaya untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat, dan mensyukuri nikmat ini, kecuali dengan beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan mengikuti sunnah-sunnah Nabi nya, sebagai mana arti ayat di atas :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Maasyiral muslimin rahimakumullah..
Ikhlas berasal dari kata Kholasho yang artinya murni, jernih, bersih, dan tidak tercampur sesautu selainnya, dalam urusan jual beli, sesuatu yang murni, jernih, bersih, dan tidak tercampur itu sangat mahal harganya. Susu yang murni tentu lebih mahal harganya, Air yang jernih pun lebih berharga dibandingakan dengan yang tidak jernih.
Orang yang berusaha menjernihkan, memurnikan, dan membersihkan dirinya dan hatinya disebut dengan mukhlish. Jika seseorang berusaha untuk menjernihkan dirinya dalam kata lain menjadi seorang yang mukhlish, maka Allah SWT akan menjadikannya seorang yang mukhlashin, yaitu orang-orang yang dijernihkan hati darn dirinya oleh Allah, sehingga proses untuk menjadi mukhlashin adalah melalui proses mukhlishin.
Untuk mencapai ayat 5 pada surah Al-Bayyinah yang berbunyi :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.
Kita harus terus belajar dan melalui beberapa tahap, yang dapat disimpulkan oleh Abu Hamid Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddinya sebagai berikut :
الناس هَلْكَى .. إلا العالمون..
و العالمون هلكى.. إلا العاملون..
و العاملون هلكى..إلا المخلصون..
و المخلصون على خَطَرٍ عظيمٍ!!..
فالعمل بغير نيّة.. عناء..
و النية بغير إخلاص.. رياء..
و الإخلاص من غير صدق.. هباء..
Manusia semuanya sengsara kecuali mereka yang berilmu. Orang-orang yang berilmu semuanya sengsara kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya. Orang-orang yang mengamalkan ilmunyapun semuanya sengsara kecuali mereka yang ikhlas. Sedangkan mereka yang ikhlas berada pada marabahaya yang besar karena beramal tanpa niat berarti kesia-siaan dan niat tanpa kemurnian berarti riya’. Sedangkan orang yang berlaku riya’ cukuplah dikatakan sebagai munafiq.”
Ikhlas berawal dari dawam atau kontinyu dalam beramal, amal berawal dari ilmu, ilmu berawal dari iman,
Sehingga pondasi dasar adalah iman, iman dan keyakinan yang haq akan menimbulkan buah ilmu, ilmu yang suci akan berbuah menjadi amal, amal yang terus menerus akan berbuah menjadi ikhlas.
Tidak serta merta seseorang ketika sudah beriman kepada Allah, langsung dapat mengimplementasikan ikhlas dengan sebenarnya.
Contoh, jika ada bapak biasa beramal 10 ribu, kemudian ingin coba-coba beramal 50 rb setiap hari jumat, tidak serta merta di hati kita sudah timbul ikhlas, dan masih bisa dipastikan di hati kita timbul sifat sombong dan bangga, ketika kita melihat orang lain beramal dengan nominal di bawah kita.
Namun jangan lah berhenti mengupgrade nilai keimanan kita dari waktu-kewaktu, karena untuk ikhlas itu butuh kebiasaan, butuh keistiqamahan.
K.H. Ahmad Dahlan pernah berkata : Keikhlasan membuat beban menjadi ringan, kesusahan menjadi hiburan, musibah menjadi pembersih hati, penjara menjadi pesantren, pengusiran menjadi rihlah gerakan, harta menjadi jalan kontribusi yang signifikan, dan kekuasaan menjadi amanah perjuangan.
Apakah balasan Allah SWT bagi orang-orang yang Mukhlish (Ash-Shafaat : 40:50)
إِلَّا عِبَادَ اللَّـهِ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠﴾ أُولَـٰئِكَ لَهُمْ رِزْقٌ مَّعْلُومٌ ﴿٤١﴾ فَوَاكِهُ ۖ وَهُم مُّكْرَمُونَ ﴿٤٢﴾ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ ﴿٤٣﴾ عَلَىٰ سُرُرٍ مُّتَقَابِلِينَ ﴿٤٤﴾ يُطَافُ عَلَيْهِم بِكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ ﴿٤٥﴾ بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِّلشَّارِبِينَ ﴿٤٦﴾ لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلَا هُمْ عَنْهَا يُنزَفُونَ ﴿٤٧﴾ وَعِندَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ ﴿٤٨﴾ كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَّكْنُونٌ ﴿٤٩﴾ فَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ ﴿٥٠﴾
tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).
Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu,
yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan,
di dalam surga-surga yang penuh nikmat.
di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan.
Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang mengalir.
(Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum.
Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya.
Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,
seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik.
Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap.
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَـٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّـهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ ﴿١٠﴾
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّـهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ ﴿١١﴾
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama.
Ma`asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Marilah senantiasa kita upgrade keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, kita upgrade kualitas ibadah kita, kita upgrade shadaqah kita, kita upgrade puasa sunnah kita, kita upgrade shalat sunnah kita, dengan berusaha melaksanakannya dengan penuh ikhlas, jika di awal kita merasa belum ikhlas, teruslah lakukan, terus istiqamahkan, jangan bosan, jangan putus asa. Kerena keikhlasan itu muncul setelah dibiasakan, setelah keikhlasan muncul in syaa Allah akan muncuk keridhoan kita kepada Allah SWT.
Dan Allah SWT tidak memanggil manusia untuk masuk kedalam surga, tetapi Allah SWT memanggil jiwa-jiwa atau nafsu-nafsu untuk masuk kedalam surga
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua