A : Anda tidak boleh bermadzhab Syafi’i, itu bid’ah tidak ada tuntutannya !
B : Terus Anda belajar sama siapa ?
A : Sama guru saya.
B : Sama saja berarti Anda madzhab gurumu. Karena bermadzhab sama saja seperti berguru. Mending saya berguru sama Imam Syafi’i daripada gurumu.
Gurumu sudah hafal quran? Imam Syafi’i hafal quran ketika umurnya masih kecil. Gurumu hafal banyak hadits ? Imam Syafi’i hafal Al-Muwaththa’ ketika masih kecil. Gurumu pernah buat kaidah-kaidah seperti ushul fiqh? Gurumu lebih shalih dan bertakwa dari Imam Syafi’i ?
Maka, sungguh jauh sekali perbandingannya baik dari keilmuan dan lainnya. Ibarat langit dan sumur.
Simak penuturan Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berikut :
قال الإمام أحمد بن حنبل :
إذا جاءت المسألة ليس فيها أثر فأفت فيها بقول الشافعي.
[تهذيب الأسماء واللغات 1/ 60، الكشاف 6/ 302]
كان الشافعي أفقه الناس في كتاب الله عز وجل وسنة رسوله
صلى الله عليه وسلم، ما كان أصحاب الحديث يعرفون معاني الأحاديث فبينها لهم.
Imam Ahmad (w 241) berkata :
Jika ada suatu masalah yang tidak ada atsar tentang masalah itu, maka aku berfatwa dengan pendapat Imam Syafi’i.
Imam Syafi’i adalah orang yang paling paham terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah, bila para ahli hadits tidak paham makna-makna hadits maka Imam Syafi’i menjelaskannya kepada mereka.